Minggu, 02 Oktober 2011

Pemenggalan patung wayang di Purwakarta

Patung raksasa Bima yang berdiri di Jalan Baru di Nagri Kaler yang merupakan sub distrik Purwakarta ini mendapat larangan keras dari pihak forum ulama. Bahkan forum ulama mengklaim bahwa patung Bima itu memberikan dampak negatif terhadap publik karena itu adalah sebuah imej dari figur yang hanya eksis dalam keyakinan tahayul masyarakat saja.
Ini adalah sebuah cara untuk menghilangkan patung itu dari keyakinan tahayul. Abdullah berpendapat," dari sudut pandang ekonomi patung ini dibuat hanya membuang-buang uang dan dari sudut pandang hukum patung ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi masyarakat umum. Ia kemudian menambahkan bahwa patung itu harus diganti dengan sebuah figur Islamik.
Demonstrasi ini tiba kurang dari 2 bulan setelah pihak administrasi Bekasi di Jawa Barat mencopot patung setinggi 17 meter “Tiga Mojang” (“Tiga Gadis”), yang membutuhkan waktu setahun untuk membangunnya dengan sekurangnya dikerjakan oleh 50 orang pekerja, dengan pengeluaran sekitar 2,4 milyar rupiah.
Setelah mendapatkan tentangan dari kelompok-kelompok garis keras, termasuk para pemrotes yang menyemprotkan cat dan menutup patung itu dengan kain putih, walikota Bekasi, Mochtar Muhammad, memerintahkan pihak pengembang dari komplek itu, dimana patung itu berdiri, agar mencopot patung itu. Pada pertengahan Mei, lebih dari 1000 massa organisasi-organisasi garis keras Islam melakukan unjuk rasa di luar kantor administrasi Bekasi untuk memprotes patung itu.
Pemimpin Front Pembela Islam Bekasi (FPI), Murhali Barda, mengatakan bahwa patung Tiga Mojang, meskipun sudah mendapatkan ijin pendiriannya, dianggap sebagai patung yang tidak islamik.
“Ketiga wanita itu mengenakan pakaian yang ketat”, kata Murhali. “Dan di atas semuanya, Islam melarang patung dan lukisan yang coba untuk mengkopi mahluk hidup yang nyata.
Bahkan puluhan seniman yang tergabung dalam Forum Penyelamat Budaya Nusantara (Format Bara) mengutuk perusakan patung yang dilakukan sekelompok pendemo di Purwakarta Jawa Barat beberapa waktu yang lalu.
Perusakan patung wayang Bima, Gatutkaca dan Semar merupakan penghinaan terhadap hasil budaya bangsa. “Apa pun dalihnya perusakan itu tidak dibenarkan, itu menghina seniman dan budaya bangsa” ungkap Joko.
Menurutnya, wayang merupakan kekayaan budaya masyarakat dan bangsa indonesia yang telah mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Selain itu wayang juga menjadi media pendidikan moral dan spiritual bangsa yang sudah berurat berakar dalam kehidupan bangsa.
Untuk itu mereka meminta pemerintah provinsi jawa tengah ikut serta mengambil langkah – langkah, agar peristiwa anarkis di kota Purwakarta, Jawa Barat tidak terjadi di wilayah ini.
Lebih lanjut Joko mengharapkan agar aparat keamanan memproses perusakan itu agar tidak merembet ke daerah daerah lain. “Aparat harus bertindak tegas dengan mengusut tuntas kasus tersebut. Kalau tidak diusut bisa menjadi preseden buruk dan dikawatirkan merembet ke daerah lain,” ungkap Joko. Disainer Tiga Mojang, Nyoman Nuarta mengatakan bahwa patung yang ia buat biasanya menggambarkan mahluk hidup karena biasanya orang Indonesia tidak tertarik dengan seni abstrak. Ia juga mengatakan bahwa orang-orang Indonesia cenderung melupakan akar budaya mereka dan selalu siap untuk mengadopsi segala sesuatu dari luar, apakah baik atau buruk. “Kita mengambil budaya Amerika atau Arab seolah-olah kita sendiri tidak merasa bangga dengan budaya kita sendiri,”.
Kita sebagai orang jawa menganggap tokoh-tokoh wayang sebagai cerminan sifat manusia, tidak lebih dari itu. Jadi orang-orang yang mencela bahkan mau merusak budaya Jawa dalam hal Pewayangan ini, saya sebagai orang Jawa menentang keras perbuatan diatas, seharusnya kita itu harus melestarikan atau menjaga budaya-budaya Indonesia dari Jawa bukan malah menghancurkannya.

0 komentar:

Posting Komentar